Thoriqoh Alawiyyah
saya akan menukilkan sedikit tentang penjabaran mengenai thoriqoh alawiyyah yang saya terjemahkan dari ucapan habib Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad Bilfaqih Ba Alawi. Semoga bermanfaat, Habib Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad Bilfaqih Ba Alawi berkata: "Ketahuilah, sesungguhnya thoriqoh Bani Alawi (alawiyyah) merupakan salah satu thoriqoh kaum sufi yang asasnya adalah ittibâ' (mengikuti) Quran dan sunah, puncaknya (intinya) adalah sidqul iftiqôr (benar-benar merasakan kebutuhan kepada Allah) dan syuhûdul minnah (menyaksikan bahwa segala sesuatu merupakan karunia Allah semata). Thoriqoh ini mengikuti manshûsh (nash Quran dan Hadits) dengan cara khusus dan menyempurnakan semua dasar (ushûl) untuk segera mencapai puncak kedekatan dengan Allah (wushûl).
Jadi thoriqoh Bani Alawi lebih dari sekedar mengikuti Quran dan Sunah secara umum dengan mempelajari hukum-hukum zhohir. Pokok bahasan ilmu ini sifatnya umum dan universal, sebab tujuannya adalah untuk menyusun aturan yang juga mengikat orang-orang bodoh dan kaum awam. Karena tidak diragukan, bahwa kedudukan manusia dalam agama berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan ilmu khusus untuk orang-orang khusus, yakni ilmu yang menjadi pusat perhatian kaum khowwash (orang-orang yang telah mencapai kedudukan tinggi di sisi Allah) yaitu: ilmu yang membahas hakikat takwa dan perwujudan ikhlas. Demikian itulah jalan lurus (shirôthol mustaqîm) yang lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih tajam dari pedang.
Sesungguhnya ilmu tasawuf tidak cukup disampaikan secara umum, bahkan setiap bagian darinya perlu didefinisikan secara khusus. Demikian itulah ilmu tasawuf, ilmu yang merupakan jalan kaum sufi untuk mencapai Allah Ta'âlâ. Zhohir jalan kaum sufi adalah ilmu dan amal, sedangkan batinnya adalah kesungguhan (sidq) dalam ber-tawajjuh (menghadapkan diri) kepada Allah Ta'âlâ dengan mengamalkan segala perbuatan yang diridhoi-Nya dengan cara yang diridhoi-Nya. Semua ini adalah perbuatan yang mencakup segala akhlak yang terpuji dan mencegah dari semua perbuatan yang hina. Sedangkan puncak dari semua ini adalah qurb (kedekatan) bersama Allah, dan fath (pembukaan spiritual). Thoriqoh ini adalah ilmu dan amal, dan mendalami sirr (rahasia spiritual), maqom (kedudukan spiritual), dan ahwal (keadaan-keadaan spiritual), yang di dapat dari rijal (orang-orang besar yang mencapai kedudukan tinggi) dan dari rijal (sampai ke Nabi SAW) dengan sungguh-sungguh, dzauq (cita rasa spiritual), perbuatan dan interaksi, sesuai dengan pembukaan, keutamaan dan pemberian dari Allah SWT. Seperti yang telah aku sebutkan dalam bait-bait pada kitab Rasyafat (kitab karangan beliau al-habib Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad Bilfaqih Ba Alawi): Sesiapa yang mengetahui setiap ilmu tetapiia tak memiliki cita rasa spiritual, maka ia adalah seorang yang lalai dan lelap dalam tidurnya